Jumat, September 16, 2022

Telah Rilis "The Things That Shaped Us Together" Sebuah Kompilasi Alternative Punk dan Emo dari Haum Entertainment


Perkembangan alternative rock, emo, shoegaze, grunge, hardcore dan pop punk serta fusi keenamnya semakin pesat di tahun 2010-an apalagi memasuki dekade 2020-an. Kini memasuki 2022, yang bisa dianggap era “5th wave” emo, elemen-elemen vintage 90an mulai terasa kental di band-band independen Indonesia terutama di Jawa-Bali. Haum Entertainment dengan 5 way split yang bertajuk The things That Shaped Us Together ini ingin merangkum fenomena tersebut dalam sebuah kompilasi atau split album dari 5 band se Jawa-Bali. Masing - masing band akan mencantumkan 2 single unik yang tak pernah dirilis sebelumnya untuk The things That Shaped Us Together.

Band pertama yaitu Write The Future, band Malang yang hadir sejak tahun 2009 dan merilis debut EP Reason di tahun 2012. Write The Future menunjukkan nafas sesungguhnya dengan EP Bury My Trace Someone Will Take My Place (2014), disusul split EP Couch to Couch di tahun yang sama. 3 tahun kemudian Write The Future merilis album LP Changing Pace (2017) yang berhasil menerjemahkan emosi young adult ketika dihadapkan pilihan krusial bagi masa depan, bukan lagi cerita suka duka masa remaja. Dengan personil tetap yang tersisa yaitu Dandy Gilang (vokal, gitar), Risang Candrasa (vokal 2, Gitar) dan Gusti Agung Wirahutomo (drum), Write The Future yang memasuki tahun ke 13nya ternyata masih menorehkan tinta masa depannya serta tidak ada tanda-tanda istirahat dengan partisipasi dalam split ini. Elemen pop-punk, dengan emotive songwriting dan agresivitas melodic hardcore masih dipegang oleh band ini. Revival is still revolving in Malang.

Band kedua yaitu Settle dari Kuta, Bali. Band yang terdiri Indra Purnama (vokal), Yudi Septyan (bass), Bayu Kribz (gitar), Agung Pranata (gitar), dan Gungde Yudistira (drum) ini mendeskripsikan musik yang mereka mainkan sebagai hasil perpaduan dari kemarahan musik hardcore, berpadu dengan vibe sejuk musik ambient rock dan ansietas songwriting dari musik emo. Berdiri sejak 2016 dari eks member Modern Guns, Ice Cream Attack, King Of Panda, Good Morning Sunrise, dan Anolian, ini pernah juga berpartisipasi di kompilasi emotive rock asia “Emotional Too” rilisan oleh Sweaty & Cramped Records nantinya akan dirilis dalam format kaset bekerja sama dengan label rekaman Qii Snacks Records (China), dan Sango Records (Japan). Settle bisa dibilang merupakan act yang sering beredar di skena punk rock-emo di Bali dan konsisten berkarya hingga melahirkan 2 chapter EP Unpleasant Feelings di tahun keenamnya, 2021. Kini memasuki 2022, tahun ketujuh, Settle semaking settling their footing to the scene.

Depok menjadi salah satu tempat perkembangan band pop-punk bernafaskan emo yang pesat, salah satunya adalah band ketiga kompilasi ini, Displacement yang terdiri dari Yakub Yoel (Vokal) Dennis Mandalyca (Gitar), Darryl Muhammad (Drum), Moh Sultan (Bass). Vokal Yakub yang seakan mengingatkan kita akan desahan Chino Moreno dari Deftones yang fusion dengan dry vocal Jeremy Enigk era 94 menjadi ciri keunikan band ini. Tidak hanya itu, mereka juga memasukkan lead guitar ala hard rock di beberapa lagunya. Musiknya yang heavy lebih menunjukkan musik Displacement ke arah alternative/grunge walaupun ada pula elemen pop-punk terutama di album 2021 nya. Debut mulai 2018 dengan EP Things We Never Said dan dilanjutkan album penuh Only Lost Will Tell pada 2021, Displacement is putting its place firmly in the scene.

Dari Jakarta ada band keempat kompilasi ini yaitu Nervous Strain yang terdiri dari member band-band yang bisa dibilang bertaji di skena hardcore yaitu Final Attack, No Excuse, A Thousand Punches, ZIP. Nervous Strain terdiri dari Kevin (Guitar, Vocal), Indra Chino (Guitar), Eddxyouth (Bass), Fadhil (Drums). Evolusi post-hardcore yang salah satunya menjadi elemen dari keluarga besar grunge menjadi nafas dari Nervous Strain. Bass dengan elemen chorus yang tebal memberi aksen heavy pada band ini. Band yang baru saja merilis single I Don’t Belong di Bandcamp di tahun 2021 ini masih terbilang baru tumbuh namun sudah mempunyai materi yang solid. Nampaknya Nervous Strain, tidak nervous sama sekali untuk menunjukkan karyanya pada pendengar Indonesia.

Terakhir yaitu band kelima, dari Surakarta yaitu Car Crash Coma. yang hadir sejak Maret 2019 dengan demo Prologue. Car Crash Coma bisa dibilang berawal sebagai proyek solo dari Antonio Dandy Kurniawan, yang kini menjadi berlima yaitu Dan (lead vocalist/guitarist), Jatikusuma (guitarist), Dzul Fahmi (bass/back vocal), yang dilengkapi oleh FIdellis Altara (guitarist) dan Albi Kautsar (drum). Fidellis Altara (ex Senja Dalam Prosa) juga bertindak sebagai produser yang memulai sentuhannya di lagu Bloom As You Please. Bernafaskan musik alternatif 90an dan emo-grunge era 2010an, Car Crash Coma sedikit mengingatkan kita pada era kejayaan Sense Field, Piebald, Nada Surf dan Third Eye Blind yang bertemu Balance and Composure serta Real Friends. Tidak hanya menggeber sound system dengan distorsi basah, ternyata CCC lihai meramu lagu yang sangat pop yaitu “Perfume” yang rilis Februari 2022 lalu. Visual rilisan yang mulai dari geometrik, street art vandal sampai minimali flamboyan mencerminkan bahwa band ini sangat fleksibel dalam meramu karya. Kerennya, Car Crash Coma melakukan mixing-mastering lagu Poison Garden di Inggris via teman Adly Afandhy yang sedang menempuh tugas akhir di Music Engineering School di studio legendaris Abbey Road. Sebuah keberuntungan lagu mereka menjadi tugas akhir dan diberi treatment di Abbey Road. Saking produktifnya, Car Crash Coma saat ini sedang menggarap LP yang berjudul “Sedative” dan bahkan di sela dengan menggarap EP “The Worst of The Worst”.

Itulah 5 band yang bersatu oleh The Things That Shaped Us Together, things yang entah berupa emo, pop punk, hardcore, alternative rock maupun shoegaze, yang mampu menjadikan tiap elemen sebagai nilai plus setelah diramu dengan sedemikian rupa sehingga tidak hanya memberi dampak kepada bandnya sendiri namun juga lingkungan skena. Sebuah bentuk kecintaan kepada skena musik dan musik itu sendiri.

  1. The ANN learns to approximate the capabilities by way of a coaching process and adjusts their weights and biases till a performance index reaches a preset threshold worth. Kitayama et al. developed an injection mould with a conformal cooling channel, mixed with computer simulation, using a radial basis operate community for multiobjective optimization of the injection process. The cycle time improved by 26%, and the warpage improved by 14% using an optimum combination of process parameters. Jou et al. and Oliaei et al. optimized the injection parameters using response floor methodology and neural community methods, respectively, and a decrease product shrinkage was achieved. Also, the Taguchi methodology was utilized and compared with those surrogate models, and the results have been in good agreement. The Taguchi methodology is an efficient strategy for optimizing the throughput CNC machining in various manufacturing-related processes.

    BalasHapus

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search