Rottenblast merupakan band asal kota Malang, yang aktif sejak tahun 2009, mengusung musik old school death metal dengan dibumbui unsur konsep materi yang cukup klasik. Selang meniti karir mereka juga sukses meluncurkan karya ciamik hingga split antar negara pada tahun 2010 silam (Rotting ejaculation of morbid reality. Bizare experiment record, Mexico) hingga dua album “Pasukan Tak Bertuhan” dan “Ilusi Soliteris”.
Mendengarkan lebih dalam, hingga sekilas cukup menjadi sebuah transisi yang menonjol terutama dari segi perbandingan album pertama hingga kedua yang mereka luncurkan, menyongsong musik brutal death metal menuju transisi klasik cepat, keras ala old school death metal. Walaupun begitu Rottenblast tak lupa dengan akar musik, karena racun - racun dari Rotten Corpse, Brutal Torture sampai Death Vomit masih mendarah daging di setiap jengkal lagu yang mereka ciptakan, jadi meskipun corak death metal mereka telah bertransformasi, aroma death metal Indonesianya masih terasa sangat kental.
“Bukan mengorek luka lama akan peristiwa kelam 1965, terutama yang menjadi penggalan judul track pada album “Ilusi Soliteris”,akan lebih tepat album tersebut merupakan sebuah bentuk ekspresi, penyampaian perasaan yang kami rangkum dalam bait lagu. Hingga cerita terdahulu dari nenek/pahlawan yang telah gugur dimedan pertempuran. Ya bukan rahasia umum di Tanah Air”, ujar sang gitaris Hafid Ahmad.
Ilusi Soliteris bercerita mengenai keadaan Indonesia, tentang sebuah sejarah kelam pada tahun 1965, dimana negara ini harus memerangi rakyatnya sendiri. Banyak yang menjadi korban, tergiring kepentingan politik suatu golongan, merambah ke isu sosial dan agama.
Album Rottenblast “Ilusi Soliteris” berisikan 10 track didalamnya, sekaligus mengandung unsur racikan musik death metal yang terasa cukup gelap (sensasi black metal) dan klasik, old but gold. Selain itu ada selipan menarik pada track terakhir “Flag Of Hate”, lagu yang didaur ulang milik legenda thrash metal asal Jerman, Kreator.
Seluruh materi musik di album “Ilusi Soliteris” direkam di Vamos Studio Studio (Malang) oleh Yasa Wijaya, sementara proses mixing dan mastering di eksekusi oleh Yhonico Alam di Dark Tones Studio (Jakarta). Lalu untuk desain sampul album digarap oleh Oik (Nothing Sacred Art).
0 Komentar