Dimulai dengan instrumen saw-synth 70-an, “Memaksa” berhasil tampil mencolok sekaligus konvensional dalam struktur lagu psych-rock-nya. Mirip dengan EP debut mereka bertajuk “Scepticism”, melodi lagu ini tetap memiliki nuansa desert rock. Single ini berhasil mereplikasi karakteristik track dari EP debut mereka, semuanya terjadi tanpa sengaja mengingat selama ini mereka sedang berusaha melepaskan diri dari karakteristik desert rock. Upaya ini cukup membuahkan hasil, lagu “Memaksa” terdengar lebih eksploratif dan matang dari segi aransemen dan suara. Lirik “Memaksa,” meski ditulis dengan skema rima yang nampak ditulis dengan sangat hati-hati, absen dari catchiness dan pembahasan yang bernas. Meskipun liriknya absen dari makna dan pesan tertentu, kekurangan itu ditebus dalam outro mereka yang menggunakan permainan auto-pan dan tremolo yang brilian.
Sebenarnya, hampir semua proses komposisi lagu-lagu Mandoors terjadi secara kebetulan. Dimulai dari tahun 2018 ketika Iwan, Zuma, Ichsan, dan Dewa mulai membuat demo-demo untuk band tanpa nama milik mereka. Dari kebetulan-kebetulan yang konsisten, lahirlah lagu “People” dari EP pertama Mandoors, “Scepticism,” awal untuk kebetulan-kebetulan yang menyenangkan lainnya. Berangkat dari “People”, Mandoors mulai mengadopsi style dan nuansa lagu “People” ke demo-demo lagu berikutnya. Meski seringkali disandingkan dengan Temples dan Tame Impala, Mandoors menganggapnya sebagai cara mereka menghadirkan suara baru di scene musik Semarang.
0 Komentar