Rasa amarah dan rasa muak pada sekitar menjadi tema utama “Devour Sanity”. Dalam sisi amarah ini juga ingin menampar pendengar dengan kenyataan kewajaran yang dirasakan oleh Beyond Enigma sudah tidak beres, “Devour Sanity, Insanity Reality, Silly!” potongan lirik dari track yang juga berjudul “Devour Sanity”, ingin menyampaikan banyak realita saat ini yang sudah tidak waras, dengan apa yang diaangap sebagai hal yang wajar. EP ini dikemas menjadi Sequel Album dengan EP selanjutnya yang akan dirilis pada tahun 2024 juga, yang akan menjadi jawaban atas keresahan di album “Devour Sanity”.
“Devour Sanity” akan muncul dengan momen yang sangat penting, momen perilisan EP ini sekaligus menjadi penanda perubahan nama menjadi Beyond Enigma yang sebelumnya bernama Bread Essence. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi “Melampaui Teka-teki”. Nama ini dipilih secara diskusi setelah terjadi banyak kejadian yang sangat fluktuatif, dinamik, rumit, dan terasa seperti berada dalam teka-teki. Nama Beyond Enigma menjadi jawaban dengan penyikapan yang dipilih saat ini, melampaui teka teki. Selain perubahan nama, terjadi juga perubahan pada personil. Aditya Prasodjo (trumpet) dan Rizal Nanda (guitar) sudah bukan bagian dari personil Beyond Enigma. Bisa dibilang “Devour Sanity” ini merupakan project terakhir dari Aditya dan Rizal Nanda.
Dalam debut ini, Artwork “Devour Sanity” digarap oleh Damara Tirta (trombone), yang merupakan personil dari Beyond Enigma. Kini hidangan Musik Ska dari Beyond Enigma seakan meneriakkan bahwa musik seperti ini masih bergemuruh di ranah musik Underground Indonesia, dan berharap hal ini menjadi Trigger bagi penggiat musik Ska untuk terus bergemuruh. Damara Tirta mengatakan, “ya inilah yang disebut Rude Boys Connection, tetap saling mengajak berkarya tanpa mengkotak-kotakan golongan”.

.jpg)
0 Komentar