Sandy Armita (vokal), Mochammad Radja Sandyapura (gitar), Fandi Bagus Tofani (drum), Ahmad Baihaqi Mubarok (terompet), dan Aria Rahadi (trombone) meracik LP perdana ini sejak 2022. Di tengah-tengah kesibukan para personilnya, Slowright pun secara pelan namun pasti melangkah sesuai timeline panjang dalam memproduksi LP ini. Slowright sendiri membuat sebuah rencana jangka panjang tiga tahunan yang dimulai sejak 2020, yang mana album “High and Low” sendiri menempati rencana tahun ketiga. Hal itu pula dipilih karena menyesuaikan jadwal pekerjaan masing-masing personil.
Sehubungan dengan tema besar “High and Low”, lagu yang dirangkum dalam LP ini tidak hanya lagu-lagu yang bernuansa “feel good” namun juga lagu-lagu dengan tema sedih seperti “Fake Smile” yang bercerita tentang fenomena teman tapi palsu, di mana segala tindak-tanduknya selalu mengandung agenda yang dibalut senyum palsu tanpa ketulusan, kemudian tema perpisahan dan merelakan seperti “Lepaskanlah”dan bahkan tema perpisahan yang melukai dan meninggalkan pertanyaan seperti “Tell Me Why”. Semua sembilan lagu tersebut mencerminkan naik-turunnya kehidupan yang juga mempengaruhi naik turunnya suasana hati. Mengenai latar belakang pemilihan tema album yang tidak satu warna emosional ini, Slowright memberikan alasan yang sederhana.
“Memasuki tahun ketiga kami banyak mengalami peristiwa entah itu senang atau sedih. Eh, gak sedih juga sih cuma gak sesuai ekspektasi saja. Terus, band ini dimulai saat panas-panasnya pandemi Covid 19, untuk main di gigs saja tidak sebebas saat kondisi normal, tidak ada event besar, tour terpaksa gagal karena aturan pemerintah yang melarang warganya keluar wilayah masing-masing, belum lagi masalah internal, jadi kami sepakat merespon bermacam-macam peristiwa tersebut dengan tema High And Low. Sesederhana itu sih,” ujar Jono sang drummer menjelaskan.
“Entah, tema itu muncul dengan sendirinya dan gak terlalu dipikirin juga, padahal kemarin-kemarin single dan EP kami satu warna saja (Satu, Jejak, Believe). Kami cuma ingin jujur saja dan tidak perlu di buat-buat juga.” Tambah Raja sang gitaris.
Bahkan banyak dari lagu-lagu tersebut terinspirasi dari hal-hal yang ditemui sehari-hari di kehidupan para personilnya. Serta didominasi tema-tema sederhana.
“Tidak ada peristiwa yang istimewa dan keren untuk diceritakan secara gamblang sih, semua dikutip dari keseharian saja. Contoh, lagu Senja ditulis atas dasar keseharian, yang mana kami berotasi seperti matahari, bangun tidur, kerja sampai sore. Lalu, malamnya kami istirahat, atau ngeband, manggung. Jadi peristiwa yang ringan-ringan saja,” ujar Sandy sang vokalis.
Lebih jauh lagi tentang tema lagu, di album “High and Low” Slowright juga mempunyai dua lagu yang bertemakan move on yaitu “Make it Easy” dan “Lepaskanlah” yang secara tidak langsung mencerminkan proses pertumbuhan para personilnya.
“Alasan yang lebih tepat mungkin ini sebuah proses pendewasaan dari masing-masing personal di dalam Slowright, di mana semakin dewasa kami akan lebih memiliki rasa kompromi yang besar, lebih legowo dalam menyikapi sebuah peristiwa, lebih rela saat merasa kehilangan atau ditinggalkan,” tambah Sandy.


0 Komentar